Minggu, 27 Maret 2016

Ditulis dan dipostingkan oleh Penulis.
Tadi malam kami melakukan perjalanan dengan istri dan si bungsu ke Kota Reog Ponorogo Jawa Timur untuk sebuah urusan dengan bersepeda motor. Dari kota Pati pukul 17.30. Sampai di Karaban kami berhenti untuk sholat Magrib yang sekaligus kami jamak takdim dengan sholat Isyak. Cuaca demikian bersahabat. Setelah selesai sholat kami melanjutkan perjalanan ke Kayen, Sukolilo, Sragen, Ngawi,Magetan,Madiun dan Ponorogo. Sampai di Kota Reog dan di tempat tujuan pukul 02.00 fajar. Kami demikian lelah sehingga sampai di tempat tujuan kami tidur.

Setelah urusan kami selesai, pukul 09.00 pagi, kami pulang. Dari kota Ponorogo, kami tidak lewat Madiun, tapi kami lewat Jalan ke arah Maospati Magetan. Sekitar 10 menit perjalanan keluar dari kota, di Jalan Raya, ada sekitar 15 petugas berseragam  dengan satu mobil dinas dan beberapa kendaraan yang menghentikan kendaraan yang hilir mudik. Kami tenang karena surat kendaraan dan persyaratan lengkap. Kami jiga tenang karena kami nggak melanggar marka jalan dan lampu utama kami nyalakan sejak dari mulai berangkat.

Kami nggak tahu kenapa kami dihentikan. Setelah diantara mereka memberi hormat dan salam salah satu dari mereka meminta SIM dan STNK sepeda motor kami. Kami memberikan. telah STNK kami berikan beliau menuding bahwa kami nggak menghidupkan lampu utama. Memang benar ada kendaraan yang mirip sepeda motor kami yang ada di depan kami nggak menghidupkan lampu utama ketika berjalan. Karena kami benar kami beragumentasi beberrapa saat dengan petugas tersebut. Sampai kami malu disaksikan istri dan si bungsu.


Tahu kegigihan kami, petugas tadi konfirmasi dengan teman yang melihat. Temannya  mengiyakan seolah olah kami nggak menghidupkan lampu. Mereka saling mendukung memperkuat tuduhan. Akhirnya STNK kami di berikan ke bagian depan mobil untuk ditilang dan harus sidang pada tanggal tertentu. Pati ....Jawa Timur......sidang???? Adalah sesuatu yang nggak masuk akal. Karena kami nggak melakukan.....kami harus bertanggung jawab. Kami nggak mau. Kami harus.......... STNK supaya dapat kami bawa pulang..... 


Para pembaca yang budiman.....Menurut pendapat kami....peraturan Lalu Lintas yang menyebutkan...bahwa pada waktu siang dan malam waktu berkendara roda dua harus menyalakan lampu utama supaya dihapuskan. Kan pada waktu siang hari....dengan adanya sinar matahari...nggak perlu penerangan dari lampu utama sepeda motor. Justru pada malam hari....semua kendaraan wajib menghidupkan lampu utama. Demikian terima kasih.

Jumat, 05 Februari 2016

Ditulis dan dipostingkan oleh Penulis
Hari ini, sekitar pukul 11.00 WIB, hujan deras hingga pukul 12.00 di sekitar Pati kota dan sekitarnya. Di Perumnas Kutoharjo, terjadi banjir di Jalan perumnas karena dangkalnya dan menyempitnya saluran air di kanan dan kiri jalan. Saluran air utama di Jalan Amarta Raya kurang berfungsi dengan baik karena penyempitan dan pendangkalan. Sebab yang lain adalah diatas saluran diberi pagar dan bangunan lain. Untuk mengatasi hal ini menurut pendapat penulis perlu normalilsasi saluran air terutama di kanan dan kiri Jalan Amarta.  Inilah beberapa gambar dokumentasi.






Untuk lebih jelasnya, saksikan sebuah tayangan video berikut :



Pendapat Penulis berkaitan dengan permasalahan tersebut silakan klik :
Upaya Mengatasi Banjir di Perumnas Kutoharjo Permai Pati Jawa Tengah

Bagaimana upaya mengatasi atau mengurangi banjir yang sering terjadi di Perumnas Kutoharjo?
Silakan Klik Disini

Demikian,semoga posting ini bermanfaat.

Senin, 01 Februari 2016

Ditulis dan dipostingkan oleh Penulis.
Bandungan, Sumowono dan Temanggung adalah tempat di Jawa Tengah yang indah dengan pemandangan alam dan udara yang sejuk bahkan kadang berkabut. 






Senin, 04 Januari 2016

Ditulis dan dipostingkan oleh Penulis.
Shobat, Komunitas Pati berkebun adalah sebuah perkumpulan warga Perumnas Kutoharjo Kabupaten Pati. Komunitas ini adalah perkumpulan warga yang benar benar suka menanam tanaman atau penghijauan di pekarangan rumah atau di lingkungan tempat tinggal. Inilah contoh hasil karya tanaman yang telah ditanam.






Kamis, 10 Desember 2015

Ditulis dan dipostingkan oleh Admin Blog.
Shobat, kegiatan sehari hari yang kita lakukan kadang membuat kita jenuh. Kita butuh refreshing atau menyegarkan pikiran kembali. Bukan sekedar pamer shobat...tapi aku sengaja menulis pengalaman yaitu "Travelling ke Pacitan".  Siapa tahu shobat yang hobinya travelling, bepergian atau sekedar berpetualang bisa singgah di Pacitan. sebuah kabupaten di Jawa Timur  kelahiran Bapak Susilo Bambang Yudhoyono, Presiden dua periode RI sebelum Presiden RI sekarang Bp Joko Widodo. Di sebelah timur Kabupaten Pacitan adalah Kabupaten Trenggalek. disebelah utara Kabupaten Ponorogo dan di sebelah barat Kabupaten Wonogiri dan di sebelah selatan adalah Samudera Hindia atau Pantai Selatan.

Hari Rabu, 9 Desember 2015, ada libur nasional sehari dalam rangka pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah serentak di seluruh Indonesia. Saya yang berada di Kabupaten Pati pada hari tersebut belum dilaksanakan Pemulihan Kepala Daerah karena masa kerjanya masih. Pada hari itu adalah kesempatan bagiku untuk menjenguk 2 anak kami yang berada di Pondok Modern Darussalam Gontor. Hari Kamis sore aku berasama istri dan si bungsu berangkat dari Pati dengan sepeda motor. Dari Pati, aku menuju ke Purwodadi. dari selatan kota Purwodadi, kami mengambil arah ke timur sampai sekitar Kuwu. Kemudian kami mengambil arah selatan, sampai di Sambung Macan Sragen, kami mengambil arah ke timur menuju Kota Ngawi. dari Ngawi mengambil ke arah selatan menuju Magetan daerah Maospati. Dari Maospati ke Madiun kemudian ke Ponorogo, Gontor. Setelah bertemu kedua anak kami dan memberi motivasi, pagi harinya kami pulang.



Dalam perjalanan pulang, kami teringat Pacitan. Kabupaten  di sebelah selatan Ponorogo. Menurut cerita teman, Pacitan adalah kabupaten dengan seribu goa dan pantai pantai yang demikian indah. Dengan persetujuan istri , kami putuskan untuk menuju ke Pacitan. Uang saku untuk beli Pertamak dan makan kami perkirakan cukup. Dari Ponorogo aku ambil arah ke selatan. Memang benar jalan berliki-liku dan naik turun sesuai dengan karakter perbukitan dan pegunungan. Walau demikian kami merasa senang karena jalan demikian halus dan pemandangan disepanjang perjalanan yang demikian indah. Seolah olah kami berada didunia lain. Sesampai di perbatasan. kami berhenti sejenak untuk mengabadikan sebuah tulisan. Pacitan Kota Seribu Goa.


Setelah masuk kabupaten Pacitan, kami bertanya pada dua anak muda. Kalau menuju ke pantai arahnya kemana Mas. Satu dari anak muda tadi memberi penjelasan bahwa ada dua jalan besar. Tapi kalau bapak ingin kepantai lewat jalan tembus ke selatan ini sehingga samapi di pantai Lorok, Di Lorok ada beberapa pantai yang dapat dikunjungi yaitu Pantai Taman, Pantai Soge dan Pantai Pidakan. Bila bapak ingin menuju ke Pacitan ambil arah ke barat disitu ada jalan raya menuju ke Pacitan hingga arah Wonogiri dan Solo. Kalau bapak sampai di daerah itu ada jembatan yang demikian indah namanya Jembatan Soge. 



Sesampai di tengah perbukitan. istri membeli lontong bungkus dengan harga Rp. 2000,- per bungkus ditempat keramaian di salah satu TPS di dekat kantor desa yang pada saat itu sedang mengadahan pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Pacitan untuk masa jabatan lima tahun ke depan. Rakyat pedesaan yang kami lewati demikian antusias memilih walau sebagian masyarakat harus rela berjalan kaki. Banyak masyarakat yang kami lewati demikian ramah. Diantara mereka bahkan ada yang meminta kami untuk mampir ke kediaman mereka. Kami mengucapkan banyak terima kasih karena kebaikan mereka. Karena kami ingin sampai di tempat tujuan, kami menolak secara halus dan mengucapkan terima kasi kepada mereka.


Sesampai di Lorok, kami ambil arah selatan. Kami sampai di Lokasi Pantai Taman. Kami tidak masuk di situ karena pertimbangan keuangan. Kami meluncur kearah barat. Tampaknya ada pantai yang demikian indah dan masih perawan. Pantai Soge. Pantai dengan pasir putih dan pemandangan yang demikian indah, Kami masuk ke lokasi ini tanpa membayar sepesenpun alias gratis. Di pantai itu kami menikmati keindahan deburan ombak dan hamparan pasir putih. Kami tidak sendiri melainkan ada banyak pengunjung disitu. Subhannalloh. Perjalanan yang demikan jauh sekitar 80 km dari Ponorogo terasa terobati dengan menyaksikan hamparan Laut Selatan atau Samudera Hindia ini. Air laut yang demikian jernih ditiuap angin dan ombak yang bekejar kejaran setinggi 1 sampai 4 meter, Kami minta salah satu pengunjung untuk mengabadikan kami di Pantai itu. Sebenarnya kami ingin masuk dan main air di pantai tersebut tapi kami khawatir deburan ombak.


Inilah beberapa gambar dari Pantai yang kami kunjungi.


VIDEO SEBUAH PANTAI YANG MASIH PERAWAN 
DI PACITAN , SILAKAN KLIK 


Kamis, 26 November 2015

Wektu Selasa tanggal 24 November 2015 jam 8 esuk, aku lan ibune metu saka omah saperlu arep lunga ing kantor BBJS jalan Diponegoro Pati saperlu ngurus ganti dokter keluarga. Wis biasane, transportasi kang tak enggo ya iku sepedha motor.

Aku metu saka ngomah. Bismillah. Aku niat ing ati. Metu saka Perumnas Kutoharjo, aku njupuk arah ngidul. Sak ngarepe Rumah Sakit Suwanda, aku mandek sedhelo mergo lampu lalu lintas abang. Sakwise lampu iku wero ijo, aku banjur nerusake laku. Ana ing ngarep ana bocah lanang cilik kang mlaku. 

Minggu, 13 September 2015

Ditulis lan dipostingke dening Penulis
Sedulur kang minulyo. Ana ing kalodhangan iki, aku arep cerita kanthi judul ing ndhuwur kuwi. Malem minggu, aku sisohan lan sing bungsu entuk undhangan ana ing nggantar saperlu ndeleng Panggung Gembira kang dianakae dening pondhok Modern Darssalam Gontor 1 Mlarak Ponorogo. Acarane apik banget. Sakwise nekani acara aku lan keluaraga turu ana ing Bapenta (Bagian Penerimaan Tamu) kanthi gratis alias gak mbayar babar pisan. Esuk esuk jam 6 aku lan keluarga pamit mulih karo 2 anak anakku kang isih sianu ning kono lan maringi motivasi lan sethithik dhuwit kanggo uang saku.

Saka Panorogo, aku mangkat mulih jam 7 esuk. Wis biasane, aku nganggo sepedha motor. Pertimabangan mangkat esuk mesthine supaya ora panas ana ing perjalanan. Saka Panorogo, aku njupuk dalan arah Maospati Cedhak Lanut Iswahyudi, Perbatasan Magetan Madiun. Tekan daerah kuwi, aku ngantuk. leren ing mesjid, ngiras ngirus sholat dhuha.

Sakwisa mari kesel lan ngantuk, aku neruske laku. Saka Maospati ngalor tumuju ing tlatah Ngawi. Sakdurunge Kutho Ngawi, aku njupuk arah ngiri.  Metu saka Kutho Ngawi, aku tumuju arah ngulun arah Kutho Sragen. Kira-kira 7 kilo meter perjalanan, kiwo lan tengene dalan gedhe ana alas jati kang wis mragas, utawa godhonge pada ceblok ana ing lemah amergo dawane ketigo. Jam kang tak enggo nduduhake jam 10.00. Hawa ing sak kiwo tengene dalan gedhe jurusan Ngawi Sragen krasa panas.

 Sepedha motor, bus lan kendaraan pribadi sliwar sliwer banter banget ana ing tlatah kana amergo dalane cukup ombo lan alus. ndeleng mengarep,  ana wong tuwa wadon kang mlaku nganggo teken ana ing pinggir dalan sisih kiwo. Wong tuwa mau mlakune nganggo teken. Dhuwure kira kira sakmeter punjul sithik. Mlakune ora banter alias thimik thimik.

Ndeleng kahanan mengkono, ana swara ...mandhek....ing atiku. Aku banjur mandhek.  Bu....iki dhuwit limang ewu ulungake pawongan ing ngguri kae. Iya...ibune nampa dhuwit mau lan diulungake marang pawongan mau. Aku nunggu sakwetoro. Tak tunggu limang menit, ibune durung teka. Atiku gak kepenak. Ana apa ya?

Sakwise aku ngundurake sepedha motor, wong tuwa mau wis sumeleh ing ibune. Meh wae ora kuwat mlaku. Aku dhewe, bingung. Wong tuwo mau isih iso ngendiko. Ora pengemis, nanging arep tindak ing ponakane. Wong tuwa mau saka Tumang arep tumuju ing Ngumbalan. Mangerteni kaya mau aku lan ibune sarujuk ngeterake Mbah Towo mau ing Ngumbalan.

Ibune nduweni panemu supaya aku ngeterake dhisik mbah towo mau. Nanging aku ora setuju, merga kahananen wong mau ambekane wis melar mingkup lan kondisine melas mbanget. pungkasane mbah tuwo mau tak goncekake ana tengah. Sing ngarep pisan si bungsu, aku, mbah tuwa lan ibune. Aku miris mergo ban sepedha motor sing mburi alus mbanget lan tipis. Aku mung  isa nyuwun marang gusti supaya isa ngeterake Mbah Tuwa mau ing tujuane. Aku nglakokake sepedha motor ngulon. Kira kira sak kilo aku ngiwo mlebu dalan ing alas. Dalane elek brenjal brenjul totonan watu lan durung diaspal.

Kira kira mlebu siji setengah  kilometer ning dalan mau, aku ndeleng ana kampung. Aku terus mlebu. Tekan prapatan Mbah Tuwa maringi isyarat sing dituju. Iku nak, ana prapatan ngetan. tekan prapatan aku belok kiri. Mbah maringi ngerti yen omah kang dituju, Banjur aku ngendheke sepedha motor. Tekan kono ana 3 pemudha kang celuluk. Mak....Mbah Kromo.....Mak Mbah Giyem.... Banjur ana tangga teparo kang ngrubung.

Ana kang nceletuk....Mbah sampeyan kok rene maneh Mbah. Mbah Tuwo mung meneng bae. Ora ngendika apa apa. Leres niki Mbahe sampeyan Mas Mbak. Mas lan Mbake padha saliman marang aku, ibune lan anak bungsuku. Nggih Bu. Nyes atiku. Dadi apa kang dingendikakake Mbahe bener. Omah kang dituju ya kuwi omahe ponakane. Sing padha ngrubung mau isih kalebu sedulur.

Mbah tuwo diudhunake saka sepedha motor ditulungi sedulure mau. Banjur dituntun ning omah kang dituju. 

Rabu, 10 Desember 2014

Ditulis dan dipostingkan oleh Penulis.
Shobat...Pada posting ini, aku ceritakan sedikit tentang pengalaman mengikuti Lomba Karya Tulis Ilmiah dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) bagi guru SD/MI,SMP/MTS,SMA,MA dan SMK dan Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) yang telah dilaksanakan oleh LPMP Jateng pada Hari Sabtu,Minggu dan Senin tanggal 6 hingga 8 Desember 2014.

LPMP Jawa Tengah pada tanggal tersebut telah melaksanakan dua Lomba sekaligus yaitu Lomba MPI (Multimedia Pembelajaran Interaktif) dan Lomba Karya Tulis Ilmiah. Dua minggu sebelumya, penulis melihat pengumuman online tentang Lomba MPI dan telah membuat MPI dalam Microsof Power Point deangan judul Narrative dan telah penulis kirimkan ke LPMP. Seminggu sebelum lomba, aku memperoleh SMS dari PPTK Disdik Kab Pati untuk mengikuti Lomba PTK di LPMP Jateng  mewakili unsur guru. Setelah aku berfikir beberapa saat, aku sanggupi tugas tersebut. Membuat Karya Tulis Ilmiah atau PTK dengan judul baru dalam waktu 3 atau 4 hari adalah sesuatu yang tidak mungkin dilakukan. Oleh karena itu, aku menggunakan PTK yang telah aku buat dua tahun yang lalu dan aku edit format penulisan sesuai dengan yang dipersyaratkan pada lomba tersebut : Kerangka penulisan Jenis huruf, spasi, margin dll. Setelah dua malam pengeditan dan telah kujilidkan, KTI aku aku mintakan Pengantar dari Disdik Kab. Pati dan aku kirimkan karya tersebut ke LPMP lewat POS dengan kilat kusus. Sudah dapat diprediksi, sebuah Karya Tulis yang dikerjakan dalam waktu yang sangat singkat pasti hasilnya kurang memuaskan.

Tanggal 5 Desember 2014, Karya MPI (Multimedia Pembelajaran Interaktif) yang telah aku kirimkan terlebih dahulu, ada pada daftar peserta lomba yang telah diumumkan oleh LPMP. Tanggal 6 Desember, dengan bersepeda motor aku berangkat untuk mengikuti Lomba MPI dan KTI. Setelah sampai di LPMP aku matur kepada Panitia pada saat regristasi bahwa aku akan mengikuti dua lomba sekaligus yaitu MPI dan KTI. Tetapi Panitia memberikan pilihan kepadaku, bahwa aku harus memilih salah satu diantara dua bidang lomba tersebut. Aku akhirnya memilih bidang Lomba KTI yang mana aku melaksankan Tugas dari Disdik Kab. Pati dari unsur guru. Walau namaku sudah terdaftar di Lomba MPI, aku harus rela melepas Lomba MPI untuk mengikuti Lomba Karya Tulis Ilmiah.

Aku tidak kecewa. Aku bisa memahami hal tersebut. Memang secara logika adalah tidak mungkin mengikuti dua lomba dalam waktu yang bersamaan. Walaupun pada lomba tersebut karya Penulis belum bisa memperoleh Peringkat yang memuaskan, tetapi ada beberapa manfaat yang sangat besar pada lomba Karya Tulis Ilmiah tersebut.

Manfaat-manfaat tersebut diantaranya adalah:
1. Karya Tulis ku dengan judul : Meningkatkan Kompetensi Membaca Bahasa Inggris Melalui Media Digvorata yang telah aku tulis, secara tidak langsung telah dihargai di Propinsi Jawa Tengah.

2. Aku memperoleh umpan balik dari Para Dewan Juri dari KTI yang telah aku buat, dimana letak kekurangannya. Dalam membuat PTK ( Penelitian Tindakan Kelas) paling tidak harus ada unsur-unsur a. Pendahuluan, b. Kajian Teori dan Penelitian sebelumnya yang relevan, c. Metode Penelitian, d. Hasil Penelitian dan Pembahasan dan e. Penutup : Kesimpulan dan Saran. dan f. Lampiran-Lampiran.

3. Manfaat yang ketiga adalah memperoleh Ilmu baru bagaimana menulis PTK yang baik baik dari para dewan Juri atau para teman peserta dari unsur guru SD,MI,SMP,MTS,SMA,SMK dan MA (43 peserta lomba) yang bersal dari Kabupaten atau Kota yang tersebar dari Provinsi Jawa Tengah.

4. Memperoleh inspirasi baru untuk menulis dan menulis lagi.

5. Menambah teman dan memperoleh wawasan baru untuk Learning How To Learn.
Shobat, Demikian semoga posting ini ada bermanfaat.....khususnya bagi penulis sendiri dan para pembaca yang berkenan membaca....Semoga....

Sabtu, 11 Oktober 2014

Ditulis dan dipostingkan : Sabtu,11 Oktober 2014. Oleh Penulis

Shobat pembaca Bertahan Dalam Badai, ijinkan aku bebagi tentang pengalamanku tentang manfaat dari tumbuhan lidah buaya. Sebulan lalu, ketika aku pulang kerja, aku memasukkan sepeda motorku ke dalam garasi.. Tapi malang, pintu yang begitu sulit, secara tidak sengaja knalpot yang begitu panas mengenai kaki kananku. Walau terasa sakit, aku teruskan memasukkan sepeda motor.

Setelah itu, bergegas aku mengambil beberapa pohon kecil tanaman lidah buaya yang ada di pot deapan rumah.  Kuputus dengan tangan kemudian kuoleskan di bagian kaki kananku yang terbakar kepanasan yang baru saja kena knalpot tadi. Tidak hanya sekali oles, tapi berkali-kali olesan dengan lendir lidah buaya tadi dengan cara ditahan. Kalau lendir dan daun tadi berlangsung 1 atau 2 menit, digantikan dengan potongan daun yang ada lendir getahnya yang baru dan dioleskan ke bagian yang terluka. Pengolesan berlangsung kira-kira 5 s.d. 10 menit.  Dengan lendir yang membasahi luka, akhirnya panas yang kurasakan tidak begitu terasa. Rasa nyeri dan panas sedikit masih tetap ada. Setelah beberapa hari, bagian tubah kaki kananku yang terkena knalpot tadi, Alhamdulillah, sembuh dan tidak ada bekas  luka gosong kena knalpot.

Demikian juga beberapa tahun lalu secara tidak sengaja istriku kena minyak goreng panas ketika sedang menggoreng ikan. Dengan reflek meminta tolong anak untuk mengambilkan daun lidah buaya. Anak kami mengambilkan beberapa potong dan mengoleskan pada bagian lengan yang kena panasnya minyak goreng. Perlakuan pengolesannya sama dengan yang kena knalpot. Alhamdulillah, setelah beberapa hari lengan istri saya sembuh dengan tidak meninggalkan luka bakar.

Menurut beberapa litelatur tanaman ini selain bisa mengobati luka bakar yang baru, baik luka yang disebabkan oleh knalpot,minyak goreng, dan air panas, tumbuhan yang satu ini juga dapat digunakan untuk mengonbati diabetes, yaitu dengan cara dibuat stup atau minuman. Selain itu tumbuhan ini dapat digunakan secara alamiah untuk menghitamkan dan menyuburkan rambut kepala. Karena tumbuhan ini mudah tumbuh, adalah lebih baik bagi kita untuk menanam di pot atau di halaman/pekarangan rumah sebagai salah satu tumbuhan apotik hidup.
(Demikian, semoga artikel sederhana ini bermanfaat)