Jumat, 21 Mei 2021

 

EBTANAS kurang tiga bulan lagi. Aku harus mengambil sikap. Bagaimanapun juga aku harus mempersiapkan dengan lebih baik untuk penguasaan materi pelajaran. Tahun menunjuk 1995. Hasil nilai ebtanas murni digunakan sebagai acuan untuk mendaftarakan sekolah ke jenjang  yang lebih tinggi. Nilai ebtanas murni akan menentukan nasib untuk memilih sekolah yang akan dituju.

Pada waktu itu, ada 6 pelajaran yang diebtanas-kan yaitu Matematika,Bahasa Inggris,Bahasa Indonesia, IPA, IPS dan PMP. Persiapan yang baik untuk hasil yang baik. Persiapan yang lebih baik untuk hasil yang lebih baik. Persiapan yang paling baik untuk hasil yang terbaik. Aku ingin hasil ebtanas yang terbaik sehingga persiapan akupun harus yang paling baik.

Dengan berat hati, kutuliskan sepucuk surat perpisahan. Ini isi dari suratku “Bapak,Ibu Roeka, Mas Wit, Mbak Ida dan Kokok yang terhormat dan baik hati. Terima kasih kuucapkan. Bapak, Ibu dan keluarga telah memberi aku makan, telah memberi aku minum, telah memberi aku tumpangan, telah memberi aku uang untuk biaya sekolah, telah membelikan aku pakaian seragam sekolah, telah memberikan aku pakain harian, telah mengajari aku bagaimana untuk bertahan dalam badai, telah membimbing dan mengarahkan aku, telah memberikan aku kasih sayang. Kini, sudah saatnya aku harus meninggalkan rumah ini. Ku tak kuasa matur secara lesan. Oleh karena itu kugoreskan tinta di secarik kertas ini sebagai ucapan rasa terima kasihku. Semoga Allah Yang Maha Segala-galanya yang dapat membalas kebaikan bapak dan ibu sekeluarga. Amin”

Walaupun tak ada masalah yang berarti, aku harus tahu diri.  keluarga pak Roeka tidak pernah meminta aku untuk meninggalkan rumah itu. Aku berfikir berapa besar biaya yang akan dikeluarkan untuk kuliah Mas Wit di UGM, untuk biaya kuliah Mbak Ida di UNTAG untuk biaya Kokok di SMA, untuk biaya keponakan beliau di SMA PGRI Pati? Tidak,  aku tidak boleh egois. Aku tak boleh mementingkan diriku sendiri.

Setelah sepucuk surat perpisahan kutulis, kutinggalkan diatas meja rumah tengah. Kubawa pakaian dan bukuku. Aku pulang ke rumah asal di desaku. Meski agak jauh dari lokasi SMP, jarak tidak masalah bagiku. Tiga bulan aku nyepeda onthel dari desa ke SMP Winong yang berjarak kira-kira dua kilometer. Aku punya banyak waktu untuk belajar. Aku tak ingin hasil ebtanasku jatuh. Aku harus belajar keras. Dengan  pulang ke desaku aku mempunyai banyak waktu untuk berkonsentrasi untuk belajar.

Seberapa sulit situasi, seberapa menderita aku,  tetapi   tetap kutunaikan sholat lima waktu sehari semalam  . Shubuh, Dhuhur, Ashar, Magrib dan Isya’. Jariku lima. Sebagai misal jariku  tidak berfungsi satu saja, maka akan merasa kurang untuk melakukan kegiatan. Demikian kalau aku ketinggalan satu kali waktu saja karena suatu hal maka seakan ada yang kurang di hatiku.

“There is a will...there is a way...” Ada kemauan... ada jalan. Ada dua tujuan, aku pulang ke desaku. Pertama aku mempunyai tambahan waktu untuk belajar, sehingga aku dapat mengerjakan ebtanas dengan baik dan dapat mencapai nilai yang setinggi tingginya sesuai dengan kemampuanku.  Yang kedua dengan capaian nilai yang tinggi aku dapat masuk ke SMAN 1 Pati.

 

0 komentar:

Posting Komentar