Ditulis dan dipostingkan oleh Penulis.
Siapa bilang pendidikan
hanya untuk golongan orang berduit. Siapa
berkata bahwa pendidikan hanya untuk orang pintar. Menurut pendapatku pendidikan tidak hanya untuk orang yang pandai, pendidikan juga tidak hanya untuk orang kaya.
Anda mungkin dari
golongan orang tua yang kurang mampu dan anda mungkin termasuk golongan orang
yang kurang pandai. Anda mungkin tidak setuju dengan pendapat tersebut. Anda ingin buktikan pada
diri sendiri bahwa pendapat itu tidak benar. Anda ingin mengubah nasib anda
sendiri? Hari esok ingin anda ubah menjadi
hari yang lebih baik dan lebih cerah.
Anda adalah termasuk salah
seorang yang sangat beruntung dapat menemukan blog ini dan mau membacanya.
“BERTAHAN DALAM BADAI” adalah sebagian kecil kisah nyata penulis yang dituangkan dalam blog ini. Ada pepatah yang mengatakan maksud hati
memeluk gunung tapi apa daya tangan tak sampai. Ada kemauan ingin meneruskan
sekolah tetapi karena orang tua tidak mampu membiayai maka anak tidak jadi
meneruskan sekolah. Kalau maksud hati ingin memeluk gunung, jika tangan tak
sampai, bukankan mencapai gunung tersebut
dan memeluknya dapat dilakukan dengan
cara berlari, berjalan, mbrangkang atau bahkan ngangsut?
Waktu lulus Sekolah Dasar, dengan kondisi
orang tua yang kurang mampu, penulis mohon do’a ibunya untuk dapat meneruskan
sekolah. Ia menuju Keluaraga H. Moh.Roeka untuk menjadi anak asuh.
Ia membantu bekerja sehabis pulang sekolah. Lulus SMP, ia berpamitan dari
Keluarga tersebut dan meneruskan di SMA Negeri 1 Pati dan bertempat di Keluaraga Hajah
Muniroh. Ia membantu menyembelih sapi di fajar hari dan bersih-bersih sehabis pulang
sekolah. Di Keluarga Hajah Muniroh, ia
bertahan kira-kira satu tahun.
Dengan berbekal keimanan,
tekad bulat, keuletan, linangan air mata,
motivasi untuk meneruskan sekolah akhirnya ia berjualan pakaian di Pasar Yaik. Tidak cocok dengan berjualan pakaian
, ia berjualan sepatu sandal dan kaos kaki. Ia geluti pekerjaan tersebut hingga
lulus SMA. Kegagalan diterima di APDN (STPDN), UI (Universitas Indonesia) dan
UGM (Universitas Gajah Mada),
tak pernah menyurutkan semangat. Berbekal senang pada pelajaran Bahasa Inggris, ia meneruskan di Pendidikan Bahasa Inggris, S1, IKIP Semarang setelah
lulus UMPTN.
Jatuh bangun, sedih
gembira, tangis tawa, adalah sahabat penulis
saat mengusahakan biaya makan dan kuliah secara mandiri. Try
dan error...Try dan
Correct ... pekerjaan, penulis lakukan. Pandai membaca peluang dan
situasi, akhirnya penulis mendirikan kios es syrup. Dari jualan es syrup
berkembang menjadi salah satu kios syrup dan snack idola anak muda di sore hingga
malam hari bagi para mahasiswa di lingkungan Talangsari, Bendan Duwur,
Semarang. Dari hasil usaha itu, ia dapat
makan dan membiayai kuliah sampai lulus.
Mendaki Gunung
Ungaran dan Gunung Lawu pernah penulis lakukan. Selesai kuliah, ia pernah
mampir di sebuah Pesantren di Bogor.
Reformasi, membawa angin segar penulis. Ia test CPNS dan diterima manjadi Guru Bahasa
Inggris ditempatkan di salah satu SMP tanpa harus mengeluarkan biaya sepeserpun.
Predikat Guru Pemandu,Guru berprestasi dan Instruktur Nasional Guru Bahasa Inggris pernah ia sandang, . Selama hayat
masih dikandung badan, badai pasti akan menerpa. Tidak benar bahwa pendidikan
hanya untuk golongan yang berduit dan anak
yang pintar. Siapapun dapat mengubah hari esoknya lebih baik, Insya Allah.
0 komentar:
Posting Komentar