Senin, 25 Agustus 2014

Ditulis dan dipostingkan oleh Penulis.
     Siapa bilang pendidikan hanya untuk golongan  orang  berduit. Siapa  berkata bahwa pendidikan hanya untuk orang pintar. Menurut pendapatku pendidikan tidak hanya untuk orang yang pandai, pendidikan juga tidak hanya untuk orang kaya.
     Anda mungkin dari golongan orang tua yang kurang mampu dan anda mungkin termasuk golongan orang yang kurang pandai. Anda mungkin tidak setuju dengan  pendapat tersebut. Anda ingin buktikan pada diri sendiri bahwa pendapat itu tidak benar. Anda ingin mengubah nasib anda sendiri?  Hari esok ingin anda ubah menjadi hari yang lebih baik dan lebih cerah.  Anda  adalah termasuk salah seorang yang sangat beruntung dapat menemukan blog ini dan mau membacanya.  
     “BERTAHAN DALAM BADAI” adalah sebagian kecil kisah nyata penulis yang dituangkan dalam blog ini.  Ada pepatah yang mengatakan maksud hati memeluk gunung tapi apa daya tangan tak sampai. Ada kemauan ingin meneruskan sekolah tetapi karena orang tua tidak mampu membiayai maka anak tidak jadi meneruskan sekolah. Kalau maksud hati ingin memeluk gunung, jika tangan tak sampai,  bukankan mencapai gunung tersebut dan  memeluknya dapat dilakukan dengan cara berlari, berjalan, mbrangkang atau bahkan ngangsut?
     Waktu lulus Sekolah Dasar, dengan kondisi orang tua yang kurang mampu, penulis mohon do’a ibunya untuk dapat meneruskan sekolah.  Ia menuju Keluaraga H. Moh.Roeka untuk menjadi anak asuh. Ia membantu bekerja sehabis pulang sekolah. Lulus SMP, ia berpamitan dari Keluarga tersebut dan meneruskan  di SMA Negeri 1 Pati dan bertempat di Keluaraga Hajah Muniroh. Ia membantu menyembelih sapi di fajar hari dan bersih-bersih sehabis pulang sekolah.  Di Keluarga Hajah Muniroh, ia bertahan  kira-kira satu tahun.
     Dengan berbekal keimanan, tekad bulat, keuletan, linangan air mata,  motivasi untuk meneruskan sekolah  akhirnya  ia berjualan pakaian di Pasar Yaik. Tidak cocok dengan berjualan pakaian , ia berjualan sepatu sandal dan kaos kaki. Ia geluti pekerjaan tersebut hingga lulus SMA.  Kegagalan diterima di APDN (STPDN), UI (Universitas Indonesia) dan UGM (Universitas Gajah Mada), tak pernah menyurutkan semangat. Berbekal senang pada pelajaran Bahasa Inggris, ia meneruskan di  Pendidikan Bahasa Inggris, S1, IKIP Semarang setelah lulus  UMPTN.
     Jatuh bangun, sedih gembira, tangis tawa, adalah sahabat penulis  saat mengusahakan biaya makan dan kuliah secara mandiri.  Try  dan  error...Try  dan  Correct ... pekerjaan, penulis lakukan. Pandai membaca peluang dan situasi, akhirnya penulis mendirikan kios es syrup. Dari jualan es syrup berkembang menjadi salah satu kios syrup dan snack idola anak muda di sore hingga malam hari bagi para mahasiswa di lingkungan Talangsari, Bendan Duwur, Semarang.  Dari hasil usaha itu, ia dapat makan dan membiayai kuliah sampai lulus.
     Mendaki Gunung Ungaran dan Gunung Lawu pernah penulis lakukan. Selesai kuliah, ia pernah mampir di sebuah Pesantren di Bogor.  Reformasi, membawa angin segar penulis. Ia  test CPNS dan diterima manjadi Guru Bahasa Inggris ditempatkan di salah satu SMP tanpa harus mengeluarkan biaya sepeserpun. Predikat Guru Pemandu,Guru berprestasi dan Instruktur Nasional Guru Bahasa Inggris pernah ia sandang, . Selama hayat masih dikandung badan, badai pasti akan menerpa. Tidak benar bahwa pendidikan hanya untuk golongan  yang berduit dan anak yang pintar. Siapapun dapat mengubah hari esoknya lebih baik, Insya Allah.

0 komentar:

Posting Komentar