Rabu, 10 Mei 2017

Ditulis dan dipostingkan oleh Admin Blog.

Assalamulaikum Wr Wb....Semua teman
Ijinkan aku sharing sebuah judul diatas. Rasa peduli atau rasa sosial pada orang lain sudah ada sejak masa dulu. Ini dapat dibuktikan dari keberadaan beberapa bangunan yang dibangun pada masa dahulu yang hingga sekarang masih berdiri dengan megah. Misalnya Candi Borobudur, Candi Gedong Songo, Candi Prambanan, Masjid Agung Demak dan bangunan bersejarah lainnya. Bangunan bangunan tersebut ada tentu karena ada rasa kepedulian yang demikian besar dari sebagian besar masyarakat Indonesia pada jaman itu, Tidak hanya itu, dasar negara  yang berurat dan berakar dari Kebudayaan masyarakat Indonesia yaitu Pancasila, khususnya pada sila Kemanusiaaan Yang Adil Dan Beradab dan Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia juga menunjukkkan adanya rasa sosial dan rasa peduli yang sangat tinggi di negeri kita Indonesia ini.

Tadi siang. pada waktu jam istirahat, aku dan beberapa teman ngobrol di ruang guru. Salah satu teman bercerita. Istri dari temanku menjadi seorang guru di sebuah SMA. Ia bangun pukul 5 kemudian sholat shubuh dan setelah itu ia membangunkan anak anaknya. Istri temanku  tadi hanya sempat menyiapkan baju sekolah dan seragam lainnya. Ia tidak sempat menyiapkan makanan dan minum untuk sarapan anak anaknya. Pukul 06.00, ia harus meninggalkan rumah untuk bekerja mengajar di sekolah. Dengan jarak cukup jauh sekitar 20 km, ditempuh dengan kurang lebih 55 menit dengan kecepatan sedang. Dengan datang di sekolah kurang dari pukul 07.00, ia aman absensi dengan finger (jari).

Apa yang terjadi di jalan? Di jalan raya sekitar 10 meter dihadapannya, ada sebuah kecelakaan dimana ada seorang siswa berseragam SMA sedang menolong seorang yang jatuh dengan jilbab dan baju siswa tersebut berlumuran darah. Sebenarnya banyak para pegaai yang lewat diwaktu itu, tapi mereka  acuh dengan hal ini karena dengan menolong berarti harus kehilangan absensi. Dengan kehilangan absensi sekali saja maka akan kehilangan Tunjangan Perbaikan Penghasilan. Sekali tidak absen dianggap dengan alasan apapun tidak dibenarkan. Ini berati dua pilihan yang sangat amat sulit sekali. Menolong bearti harus rela kehilangan sekitar 2.000.000 TPP sebulan. Oleh karena itu banyak pegawai yang lalu lalang di TKP (Tempat Kejadian Perkara) yang acuh atau tidak peduli dengan apa yang sedang terjadi. Mata dan hati mereka sudah tertutup dengan absen...uang....absen ...uang.

Merasa iba dan rasa sosial yang masih melekat, istri yemanku berhenti. Aku rela kehilangan 2.000.000 atau beberapa persen dari jumlah tersebut untuk membantu siswa kami yang berlumuran darah menyelamatkan jiwa seseorang. Dengan menolong membantu siswa untuk memberikan pertolongan pertama pada korban, istri teman saya tidak kumanan absen dengan finger (jari). Hal ini aturan yang sangat ketat ....sekali tidak absen dianggap tidak disiplin dan TPP tidak dikeluarkan.

Setelah melakukan pertolongan istri dari temanku ke sekolah untuk mengajar. Ia harus pulang sekolah pukul 04.00 sore. Ia sampai dirumah pukul 05.00. Bu....kata para tetangga Njenengan sekarang  kok tidak pernah ikut RT nan atau Jemaah Ngaji Yasinan Bu? Ia menjawab ...Wah maaf Ibu Ibu saya kerja pagi dan pulang menjelang magrib. Kalau arisan dilaksanakan jam 03.30, aku masih di kantor dan sampai dirumah pukul 05.00. Jadi aku minta maaf Bu...

Belum lagi protes dari anak anak kandung di rumah. Mama kok pergi kerja fajar dan pulang menjelang magrib...Sehingga tidak sempat mengantar aku pergi ngaji atau les? Demikian protes si kecil.

Pra pembaca yang budiman ...Inilah sedikit cermin dari keadaan di negara kita tercinta Indonesia. Para pembaca yang budiman. Aku menuliskan hal ini bukan aku anti disiplin. Aku suka dan selalu berusaha tepat waktu atau berdisiplin. 

Full day school (sekolah sehari penuh) dan disiplin yang demikian kaku yang telah dan akan dilakukan  sebagai salah satu akibatnya adalah akan menghilangkan rasa kepedulian dan rasa sosial antar sesama masyarakat. Dengan diberlakukan aturan yang demikian akan menimbulkan rasa egois yang demikian tinggi. Rasa mementingkan kepentingan diri untuk mengejar materi. 

Bukankah salah satu tujuan pendidikan adalah memupuk rasa kepedulian dan kepekaan sosial yang tinggi? . Displin tidak harus menghilangkan rasa peduli. Disiplin tidak harus melenyapkan kepekaan sosial. Disiplin tidak harus egois atau mementingkan diri sendiri. Semoga tulisan ini menjadi salah satu bahan dikusi dan bahan pertimbangan bagi para pengambil kebijakan di negeri ini. Tak ada gading yang tak retak. Tiada sesuatu yang sempurna di dunia ini, Demikian, terima kasih. Semoga tulisan ini bermanfaat.

0 komentar:

Posting Komentar