Aku terbiasa
bangun sekitar pukul 03.30. Dengan mata yang sedikit masih terkantuk-kantuk,
kusisihkan sarung. Kuinjakkan kakiku di lantai yang dingin. Kuhidupkan lampu
penerang dari teplok dengan bahan bakar minyak tanah. Waktu itu belum ada
jaringan listrik. Kuraih air wudhu. Kubaca niat dalam hati.Kubasuh kedua
mukaku. Kuratakan air wudhu di kedua tangan sampai atas siku. Kubasuh sebagian
kepala dan kedua telingaku. Yang tearakhir kubasuh kedua kakiku sampai mata
kaki.
Setelah hilang hadas kecil, kuraih
sajadah dan menghadap kiblat. Kujalankan sholat tahajut. Setelah dua rekaat
kutunaikan , kemudian aku berdoa padaTuhanku, “Ya Allah, ampunilah semua dosa
dosaku. Ya Rob, ampunilah dosa kedua orang tuaku. Ya Allah, ampunilah dosa-dosa
orang-orang yang pernah menolongku. Ya Allah, ampunilah dosa-dosa semua guruku.
Ya Allah, ampunilah dosa-dosa Pak Roeka sekeluarga
yang telah menerimaku disini sebagai anggota keluarga yang baru. Lapangkanlah
rejeki keluarga Pak Roeka, sehingga mereka dapat membayar uang BP3, uang SPP, dan
biaya sekolah lain dan biaya keperluan
hidupku. Aku menghadap ke hadirat-Mu pada fajar ini,Ya Allah .Tolonglah aku, ya
Allah. Mudahkanlah aku dalam menuntut ilmu. Untuk bekal kehidupan di dunia dan di akherat
kelak.” Tak terasa air mataku keluar
dari kelopak mata dan membanjiri kedua pipiku.
Setelah selesai berdoa, kuraih
buku-buku pelajaran. Kubaca dan kumakan habis semua isinya. Bahasa
Inggris,Matematika,Bahasa Indonesia, IPS, IPA, PMP dan pelajaran lain yang aku sesuaikan dengan jadwal pada hari tersebut.
Adzhan sholat subuh sudah terdengar berkumandang dari kejauhan.
Kuhentikan belajarku. Kutunaikan sholat subuh dua rekaat. Usai sholat subuh dan
berdoa seperlunya, aku segera meninggalkan tempat sujudku untuk membantu pekerjaan keluarga pak Roeka. Aku
menyadari bahwa di rumah inilah aku menyandarkan hidup, dirumah inilah aku mulai
berpijak untuk menuntut ilmu lebih lanjut. Oleh karena itu, sudah selayaknya
aku ikut memperingan beban pekerjaan
yang ditanggung oleh keluarga ini. Aku harus menukar makanan,minuman,tempat
tinggal,biaya sekolah,kasih sayang dengan sebagian kecil keringatku. Kalau dihitung
dengan uang, tidaklah sebanding dengan
apa yang telah diberikan kepadaku.
Tetapi paling tidak dengan bantuan
tenaga yang kuberikan dapat sedikit memperingan beban yang ditanggung keluarga
pak Roeka.
Kuisi kolah dengan air yang kutimba
dari sumur. Kedua tanganku secara bergantian mengerek tali untuk menurunkan dan
menaikkan timba yang berisi penuh air. Waktu itu pompa air sanyo atau panasonic
belum tepasang. Instalasi listrik belum
terpasang. Usai mengerejakan pekerjaan itu, kusapu lantai traso putih dan kupel
hingga bersih. Setelah itu, kucuci bajuku sendiri yang kotor, dan kurapikan tempat
tidur. Aku tidur di kamar depan. Aku tidur dengan anak terakhir Keuarga Roeka
seusia sebayaku yang bernama Tri Handoko alias Kokok. Ia bersekolah di SMPN 1
Pati dan kost. Bila hari Sabtu, Minggu
atau hari libur, aku tidur dengannya.
Pak Roeka mempunyai 3 putra. Sewaktu
aku berdiam di rumah tersebut, putra pertamanya bernama Bambang Widiyanto alias
Mas Wit diterima di Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada, sedangkan putrinya
yang kedua Mbak Ida diterima di SMAN 1 Pati yang terkenal dengan Castra Jayecswara.
Ikut atau ngenger di sebuah keluarga,
harus tahu diri dan selalu main perasaan. Ada makanan nomor sepuluh, kalau ada
pekerjaan harus nomor satu. Walau keluarga pak Roeka tidak pernah menyuruhku
untuk bekerja, aku harus tahu diri. Aku makan 3 kali sehari. Aku minum air teh
atau kopi tak terhitung berapa gelas sehari semalam. Aku tidur di kasur yang
empuk. Aku mandi dua atau tiga kali sehari dengan sabun dan sampo yang sudah
tersedia di kamar mandi. Demikian semua kegiatan itu, hampir kulakukan setiap
hari, aku tak kenal lelah dan kenal menyerah.
0 komentar:
Posting Komentar