Sore
itu pukul tiga tiga puluh. Seperti biasa,
di sore hari sehabis sholat ashar, aku mendapat tugas untuk menyapu
halaman. Banyak sekali kotoran yang terdapat di halaman terutama dari daun-daun
pohon jambu air yang rontok dari pohonnya.
Kusapu kotoran dengan sapu lidi, kukumpulkan dan kubuang di tempat
pembuangan sampah. Pekerjaan ini kukerjakan dengan senang hati. Halaman yang
begitu luas tampak bersih dan indah setelah kusapu.
Jam menunjuk setengah lima. Usai
melaksanakan kewajibanku, kuambil beberapa buku pelajaran yaitu Bahasa Inggris
dan Ekonomi, kutaruh di dalam kresek hitam dan kubawa keluar kamar tidurku.
Kubawa buku- buku tersebut ke kuburan yang letaknya kira-kira seratus meter
dari rumah.
Setelah sampai diatas kuburan,
kucari tempat diantara batu nisan yang bersih dan tenang. Kubaca berulang kali dan kuhafal
materi materi yang telah diterangkan oleh bapak atau ibu guru. Aku sudah
terbiasa, ada ulangan atau tidak ada ulangan, tetap belajar. Belajar tidak
harus menunggu komando guru. Ingin menguasai materi pelajaran, semangat belajar
harus tumbuh dari hati yang paling dalam. Ingin menguasai materi pelajaran,
harus mempunyai kedisiplinan diri. Oleh
karena itu, maka aku selalu memanfaatkan waktu luang dengan mencari tempat yang
sunyi,sepi, bersih dan tenang. Aku dapat belajar dengan maksimal di tempat yang
seperti itu.
Pukul lima tiga puluh. Matahari akan
tenggelam. Malam akan segera tiba. Kutengok kanan dan kiri. Di situ hanya ada
batu nisan, beberapa rumah kecil pelindung batu nisan dan beberapa bunga
kamboja. Menjelang maghrib, lama-lama bulu kuduku mulai berdiri. Mengetahui situasi
yang demikian, akhirnya kuputuskan untuk berhenti membaca buku. Aku beranjak
dari tempat dudukku. Setelah beberapa saat kuucapkan salam pada penghuni kubur
dan pulang.
Walau ada rasa sedikit takut, tetapi
belajar diatas kubur itu beberapa kali kulakukan.
Tidak puas dengan hasil ulangan
Bahasa Inggris, terbentuk sebuah kelompok belajar. Kelompok itu terdiri dari
aku sendiri, Kuswanto, Budi Kuncung dan Brimadianto. Kami bukan berasal dari
kelas yang sama. Kami buat kesepakatan bersama bahwa kami bertemu pukul
08.00-09.30 malam, seminggu sekali di teras rumah Bu Muniroh. Kami membicarakan
segala sesuatu dalam Bahasa Inggris. Dari percakapan Bahasa Inggris aku
biasanya yang kurang paham. Aku sering sekali tanya pada Budi Kuncung yang
sangat mahir dalam Bahasa Inggris.
Suatu saat aku bertanya pada Budi
Kuncung,”Bud, kamu kok dapat berbicara dalam Bahasa Inggris begitu lancar,
bagaimana caranya? Ia menjawab,” Ini, buku ini!” Ia menunjuk pada sebuah buku.
Buku itu milikku. Judul dari buku itu adalah Ringkasan Bahasa Inggris SMA
terbitan Ganesa Exact Bandung. “If you want to understand English better,
please study all of the materials in this book.” Pada waktu itu aku belum tahu
betul maksud kalimat tersebut dalam versi Bahasa Indonesia. Kemudian ia menambahkan
“Hafalkan semua!” Aku terkejut sambil berkata,” Apa, setebal ini?” Kalau kamu
nggak bisa, tanya aku. “ Baiklah, makasih, ya,” aku menjawab.
Mulai saat itu, aku rajin menghafal
pelajaran Bahasa Inggris.
0 komentar:
Posting Komentar