Pagi
itu pukul 6.20. Usai ganti pakaian, mengecek ulang buku pelajaran dan buku
catatan, aku pamit sama Bu Roeka untuk berangkat ke sekolah. Karena jarak rumah
dengan sekolah dekat, aku berjalan kaki. Waktu itu aku masih teringat, jam
pertama adalah jam Biologi dan ada ulangan. Guru biologi begitu ketat kalau
mengawasi pada saat ulangan harian. Terlepas ketat atau tidak, pantang bagiku
untuk nyontek atau tanya pada teman waktu ada ulangan.
Sebenarnya materi ulangan sudah
kuhafal dari rumah. Aku merasa bahwa materi ulangan Biologi belumlah cukup. Kukeluarkan
buku catatan biologi dari tas hitamku. Sambil berjalan, kupelajari semua materi
yang akan digunakan untuk ulangan harian jam pertama nanti. Tak kusadari, ada
salah seorang guru SMP yang memperhatikanku. Saat itu, aku berjalan sambil
membaca buku. Tetapi karena asyiknya belajar, aku tak mempedulikan beliau.
Sesampai di halaman sekolah kututup
buku biologiku. Aku sudah merasa lebih siap untuk menerima ulangan dengan
membaca materi selama kira-kira lima belas menit sewaktu perjalanan dari rumah
ke sekolah.
Bel masuk berbunyi. Semua siswa masuk
kelas termasuk juga aku. Kusiapkan selembar kertas untuk menerima ulangan. Bu
Mardini guru Biologiku masuk. Setelah ketua kelas menyiapkan dan memberi
hormat, kami semua duduk. “Ayo anak-anak
hari ini ulangan. Keluarkan selembar kertas! Tulis nama, nomer absen dan kelas!”
guruku memberi perintah. Begitu Bu Guru selesai memberikan perintah, aku
mengambil kertas kutulis nama, kelas dan nomor absenku. Semua soal yang
diberikan kukerjakan dengan baik. Waktu yang diberikan Ibu Guru untuk
mengerjakan soal telah selesai. Pekerjaan dikumpulkan.
Usai ulangan, jam pelajaran Biologi
masih tersisa beberapa menit. Sambil menunggu jam berakhir, beliau menanyakan
soal apa yang kira-kira sulit dikerjakan. Semua siswa diam. Selanjutnya Bu Guru
menambahkan saran-saran,”Kalau ingin mendapatkan nilai baik, ya harus mau belajar
sungguh-sungguh di rumah. Belajar itu jangan sambil jalan. Berjalan di jalan
raya kok sambil belajar. Kalau dari depan ada sepeda motor atau mobil kalau ketabrak
kan bisa meninggal dunia,” guruku memberi nasehat. Aku tahu bahwa secara tidak
langsung ibu guru tadi menasehatiku, tetapi beliau tidak menyebut namaku secara
langsung.
“Terima kasih sarannya Bu, “gumanku dalam
hati. Kemudian aku memprotes beliau dalam hatiku,”Tidakkah bu guru tahu bahwa
waktuku di rumah harus saya bagi empat, satu bagian untuk membantu pekerjaan
dari keluarga yang telah menghidupi dan menyekolahkan aku, bagian kedua untuk
mengaji dan beribadah, bagian ketiga
untuk istirahat, dan yang keempat untuk belajar materi pelajaran, dengan
demikian waktu untuk belajar dapat dipastikan sangat tidak memadahi?”
Aku tak ingin nilai ulangan harian
atau nilai tugas dibawah teman-teman sekelasku atau teman dari kelas lain.
Teringat teman-teman seperjuangan sekaligus sainganku di SMP....Imam Suyuti, Listiyono,
Sugiyanto, Sholekhan, Sudarsono, Sri
Budi Hartati, Suyono dan lain-lainnya. Sedangkan dari kelas lain adalah Kaslan
dan Patmolujeng. Setelah hasil ulangan harian dibagikan kulihat hasil nilai
ulanganku dan kubandingkan dengan hasil nilai ulangan teman-teman. Begitu ada
nilai teman diatas saya, aku sangat
sedih. “Awas, kalau ada ulangan lagi, nilaiku harus lebih baik dari pada
mereka,” kataku dalam hati.
Oleh karena itu dengan keterbatasan
waktu, aku harus mampu membagi waktu dengan baik. Biasanya aku belajar dengan membaca
buku pelajaran dengan tiduran, dengan duduk, dengan berdiri, bahkan pernah
kulakukan dengan jongkok disaat membuang hajat besar.
0 komentar:
Posting Komentar