Ditulis dan dipostingkan oleh Penulis.
Sabtu siang kemarin (sehabis kerja) aku, istri dan si bungsu, ke Gurah Kediri Jawa dengan bersepeda motor. Kami berangkat dari Kayen sekitar pukul 10.00. Kami mengambil rute Kayen,Sukolilo, Purwodadi, Kradenan, Jenar, Sambungmacan, Ngawi, Caruban, Nganjuk, Kertosono,Papar,Plemahan,Pagu dan Gurah Kediri. Cuaca bersahabat. Udara terasa segar. Kami sampai di Pondok Modern Darussalam Gontor 3, Darul Makrifat, Kediri sebelum Magrib sekitar pukul 17.15. Sesampai di Pondok, kami diterima oleh para Santri yang piket di bagian Bapenta (Bagian Penerimaan Tamu) dengan ramah dan sopan.
Seperti biasa, kami melapor sambil menyerahkan KTP. Kamipun dipinjami 2 kasur untuk menginap semalam. Kami ditanya beberapa hal sambil dituliskan di Buku Tamu, tentang Nama,Asal,Keperluan, Siswa yang dikunjungi, dan berapa malam menginap. Kemudian kami disuruh menunggu siswa (anak kami yang kedua) di kamar tamu yang telah disediakan, kamar tamu putra terpisah dengan kamar tamu putri. Kamar tamu disediakan secara gratis oleh Pondok Modern Darussalam Gontor 3 tersebut. Siswa yang kebagian piket tadi memanggilkan anak kami.
Seperti biasa, kami melapor sambil menyerahkan KTP. Kamipun dipinjami 2 kasur untuk menginap semalam. Kami ditanya beberapa hal sambil dituliskan di Buku Tamu, tentang Nama,Asal,Keperluan, Siswa yang dikunjungi, dan berapa malam menginap. Kemudian kami disuruh menunggu siswa (anak kami yang kedua) di kamar tamu yang telah disediakan, kamar tamu putra terpisah dengan kamar tamu putri. Kamar tamu disediakan secara gratis oleh Pondok Modern Darussalam Gontor 3 tersebut. Siswa yang kebagian piket tadi memanggilkan anak kami.
Sewaktu menunggu, hujan demikian lebat disertai angin dan petir. Alhamdulillah, sewaktu kami di perjalanan tidak kehujanan, Kami menunggu dengan sabar, tapi karena hujan yang demikian deras setelah Magrib kami belum bisa bertemu dengan anak kami. Kami dapat bertemu dengan anak kami setelah Sholat Isyak. Setelah waktu tidur wajib dibunyikan, anak kami menuju ke rayonnya (kamar tidur para santri). Kami bertemu anak kami lagi pada pagi hari sekitar selama 30 menit sebelum masuk ke kelas untuk menerima pelajaran. Setelah selesai memberikan motivasi, kami pulang. Kami mengambil rute Gurah, Pagu, Papar, Kertosono, Nganjuk, Sukomoro, Bojonegoro, Padangan, Cepu, Blora, Rembang, Juwana dan Pati.
Dari Bojonegoro ke arah Padangan, di sebelah kiri jalan atau di sebelah selatan terdapat rel kereta api. Jalan Raya hampir sejajar dengan Rel Kereta Api, Kami dari Ponorogo melaju dengan kecepatan sekitar 50 s.d. 60 km per jam. Sebenarnya kalau jalannya cukup lebar dan halus kami biasa melaju dengan kecepatan 70 hingga 80 km per jamnya. Dikarenakan jalan yang bergelombang dan kendaraan cukup padat kami memperpelan laju kendaraan sepeda motor.
Setelah sekitar 7 km meninggalkan Kota Bojonegoro, dari arah belakang terdengar suara gemuruh kereta api yang sedang berjalan. Kereta api melaju dengan kecepatan tinggi dari Bojonegoro ke arah Padangan, Cepu. Tidak mau kalah dengan laju kereta, aku menambah kecepatan sepeda moto. Tapi sayang ...karena jalan bergelombang, dan terhadang dengan beberapa kendaraan yang ada didepan, kami harus mengurungkan niat mempercepat laju kendaraan. Aku ingin selamat. Sehingga aku harus mengaku kalah dengan kereta api...Walaupun demikian ....kami sangat bersyukur kepada Allah SWT, karena kami sampai di rumah dengan selamat sekitar pukul 16.00 WIB.
Dari Bojonegoro ke arah Padangan, di sebelah kiri jalan atau di sebelah selatan terdapat rel kereta api. Jalan Raya hampir sejajar dengan Rel Kereta Api, Kami dari Ponorogo melaju dengan kecepatan sekitar 50 s.d. 60 km per jam. Sebenarnya kalau jalannya cukup lebar dan halus kami biasa melaju dengan kecepatan 70 hingga 80 km per jamnya. Dikarenakan jalan yang bergelombang dan kendaraan cukup padat kami memperpelan laju kendaraan sepeda motor.
Setelah sekitar 7 km meninggalkan Kota Bojonegoro, dari arah belakang terdengar suara gemuruh kereta api yang sedang berjalan. Kereta api melaju dengan kecepatan tinggi dari Bojonegoro ke arah Padangan, Cepu. Tidak mau kalah dengan laju kereta, aku menambah kecepatan sepeda moto. Tapi sayang ...karena jalan bergelombang, dan terhadang dengan beberapa kendaraan yang ada didepan, kami harus mengurungkan niat mempercepat laju kendaraan. Aku ingin selamat. Sehingga aku harus mengaku kalah dengan kereta api...Walaupun demikian ....kami sangat bersyukur kepada Allah SWT, karena kami sampai di rumah dengan selamat sekitar pukul 16.00 WIB.
0 komentar:
Posting Komentar